Hancurnya Istana Surosowan dalam souvenir Kaos Banten

Pada abad ke-18 VOC sedang mengalami kemunduran, sehingga dibutuhkan banyak dana untuk membiaya operasionalnya, banyak hutang yang ditanggung oleh VOC. Sehingga VOC menerapkan sistem kerja paksa/kerja rodi (Kerja tanpa diberi upah) di tanah jajahan. Ditanah Banten kerja rodi diawali dengan membuat pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon. untuk itu Daendels memerintahkan Sultan Banten (Sultan Aliyuddin II) untuk mengirimkan pekerja sebanyak-banyaknya. Tapi karena daerahnya berawa-rawa, banyak pekerja yang meninggal atau terserang penyakit malaria. Sehingga banyak diantara pekerja yang kabur. Keadaan ini membuat Daendels murka dan menuduh Mangkubumi Wargadiraja sebagai biang keladinya. Daendels meminta kepada Sultan untuk :
1. Mengirimkan 1000 pekerja rodi
2. Menyerahkan Patih Mangkubumi wargadiraja
3. Sultan harus memindahkan kesultanannya ke Anyer, karena di Surosowan akan di bangun Benteng Belanda.

Permintaan itu tentu ditolak oleh sultan. Penolakan itu membuat murka Daendels, maka dikirimnya pasukan dalam jumlah besar ke Banten dengan dipimpin oleh Daendels sendiri. Sebagai peringatan kompeni mengutus Komandeur Philip Pieter du Puy, namun dipintu gerbang istana
utusan tersebut dibunuh oleh rakyat Banten yang sudah benci kepada Belanda. Tindakan ini dibalas oleh Daendels. Diserangnya Surosowan pada hari itu juga 21 Nopember 1808. Dengan penuh semangat rakyat Banten mempertahankan tanah tercintanya. Namun Daendels dapat menguasai Surosowan. Sultan ditangkap lalu dibuang ke Ambon. Sedangkan Mangkubumi dihukum pancung oleh kompeni. Selanjutnya kompeni mengangkat Sultan Wakil Pangeran Suramenggala(1808-1809) sebagai Sultan Banten. Namun sultan tidak memiliki kuasa apa-apa. Dia hanya menjadi pegawai Belanda dengan gaji 15.000 real setahun.
 
Tindakan keras Daendels membuat kebencian rakyat semakin memuncak. Banyak terjadi perampokan kapal-kapal Belanda. Daendels mencuriga Sultan berada dibalik segala kerusuhan. Oleh karena itu, bersama pasukannya Daendels datang ke Banten. Sultan ditangkap dan dipenjarakan di Batavia, sedangkan benteng dan istana Surosowan dihancurkan dan dibakar. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun (1809). Pada tahun itu pula mulai dilaksanakan proyek pembuatan jalan dari Anyer sampai Panarukan, yang panjangnya kira-kira 1000 Km, proyek tersebut diselesaikan dalam tempo 1 tahun dengan banyak makan beribu-ribu rakyat. Dan untuk melemahkan Banten, maka kompeni membagi Banten kedalam tiga daerah, yang statusnya sama dengan kabupaten. Ketiga daerah tersebut diawasi oleh seorang Landros. yang berkedudukan diserang. Ketiga daerah tersebut adalah :
1. Banten Hulu dipimpin oleh Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813) putera Sultan Muhyiddin Zainul Shalihin, dengan kedudukan di Caringin.
2. Banten Hilir
3. Anyer

Share this:

 
Copyright © Surosowan Kaos Banten. Designed by OddThemes